Rabu, 31 Juli 2013

Tips Memanfaatkan Cahaya Jendela Untuk Foto Indoor

Di tahun 80 dan 90-an, cahaya jendela adalah sesuatu yang sangat fashionable, begitu juga dengan foto-foto bertema Film Noir. Tapi, jendela selalu menjadi bagian dari foto. Objek biasanya memandang langsung ke arah jendela atau menggunakan sudut 45 derajat sehingga cahaya akan menyinari bagian sisi wajah yang menghadap ke jendela dengan lembut. Reflektor kadang-kadang digunakan untuk mengisi bagian yang tersembunyi dalam bayangan sehingga menghasilkan tampilan yang dramatis.
window2
Di tahun 2010, cahaya natural adalah sesuatu yang hip, bukan hanya untuk pemula tapi juga profesional. Cahaya matahari memberikan tampilan baru untuk portrait bayi, anak-anak, dan orang tua. Sekarang, dengan peralatan minimalis, hampir semua orang yang punya kamera dan lensa bisa membuat foto indoor yang bagus. Yang menentukan berhasil atau tidaknya adalah tampilan apa yang kamu inginkan dan bagaimana mendapatkannya.
Afifi The Maestro
“Afifi The Maestro” – Subaktyo
memanfaatkan cahaya dari jendela di hadapan objek
Pertama, kamu butuh sebuah jendela yang menghadap ke utara atau selatan. Ini akan memberi cahaya yang lembut dan tidak langsung sepanjang hari (bukan hanya saat Golden Hour). Kemudian, kamu perlu sebuah ruangan dengan banyak jendela (paling bagus jendela yang tingginya dari lantai sampai langit-langit). Kamu perlu melepas tirai dari semua jendela tadi. Kemudian, matikan semua lampu di dalam ruangan karena bisa menimbulkan bentrok pada keseimbangan warna atau bayangan di bawah mata.
Setelah kamu mengatur ruangan, kamu perlu meletakkan objek di tempat yang ideal. Paling bagus menghadap jendela. Kamu bisa menggunakan spot meter di kamera lalu ukur fokus pada wajah untuk mendapatkan exposure warna kulit yang optimal. Coba gunakan aperture lebar (2.8 atau lebih kecil) untuk fokus sempit. Kamu kemudian perlu menyeimbangkan aperture lebar ini dengan shutter speed yang cepat.
Bagaimana kalau kamu ingin menggunakan jendela sebagai latar belakang? Ini akan jadi situasi pencahayaan yang cukup sulit karena objek akan mendapat cahaya back-lit yang berarti menghasilkan latar belakang yang overexposed sementara kulit tampak underexposed. Lebih baik menghindari situasi ini kecuali kamu ingin memotret beberapa exposure berbeda dan menggunakan teknik HDR atau kamu punya flash untuk mengatasi bagian underexposed.
Tidak semua ruangan cocok untuk pencahayaan natural. Kalau kamu ingin fotomu 100% menggunakan pencahayaan natural, maka kamu perlu melakukan beberapa percobaan sebelum benar-benar menggunakan ruangan tersebut untuk pemotretan. Juga, ruangan yang punya jendela yang menghadap timur atau barat mungkin akan memberikan terlalu banyak cahaya langsung yang keras. Tapi kamu masih bisa menggunakan ruangan ini; tapi kamu harus berhati-hati tentang dimana menempatkan objek.
kontras
“Kontras” – Agustiar
sumber cahaya tajam dari jendela di sebelah kiri atas objek menciptakan kontras yang dramatis
Kalau kamu tidak menggunakan lampu studio di dalam ruangan, maka konsekuensinya kamu harus menggunakan kamera yang bagus. Umumnya, dSLR full frame menawarkan pengaturan ISO yang lebih tinggi dengan noise sangat rendah. Canon 5D Mark II misalnya. Juga, lensa yang digunakan haruslah lensa cepat, yang bisa terbuka hingga 1.2 atau 1.8. Lensa yang populer untuk jenis ini adalah Canon 50mm 1.2 atau Canon 85 mm 1.8. Kamu juga perlu mempertimbangkan penggunaan tripod seandainya perlu memotret dengan shutter speed lambat. Perhatikan juga white balance, karena ruangan yang dindingnya berwarna bisa menyebabkan bayangan warna pada objek.
Kualitas foto yang menggunakan cahaya natural adalah: objek akan mendapatkan tampilan yang lembut, mata mereka akan bersinar, background akan out of focus dari DoF yang dangkal dan objek akan tampak lebih santai di ruangan yang tidak diatur berlebihan. Kalau kamu memotret bayi atau anak-anak, pemotretan indoor akan bagus untuk mereka mengingat kebersihan dan kenyamanannya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar